Senin, 09 April 2012

Merakit lentera harapan, dengan Seleksi Berkas Etos Jogja 2012

Pintu coklat, tembok cream, lantai keramik, karpet ruang tengah, teras asrama, whiteboard, puluhan alat kerja mulai dari cutter hingga steples, ratusan map berkas pendaftar, ribuan lembar kertas seleksi, puluhan laptop, belasan FD, modem, sepeda onthel, sepeda motor, gelas piring sendok di dapur, sajadah, Qur'an dan mukenah serta sarung, semoga turut bersua kelak di hari perhitungan amal.. tak ada lain yang menjadikan kami melakukan semua ikhtiar terbaik kami dalam seleksi berkas Etos Jogja 2012 ya Rabb..hanya ridho-Mu lah yang menjadi alasan terkuat bagi kami. Pun tak ada azzam yang kan tertanam dan semakin kokoh bercokol dalam hati kami tanpa izin dari-Mu ya Rabb.. Berlutut kami dihadapan-Mu, memasrahkan semua yang telah kami upayakan hanya kepada-Mu. Kemarin, berlomba dengan sang fajar, kami mengirim softcopy berkas seleksi calon mahasiswa yang mendaftarkan dirinya ke Etos cabang Jogja. H-7, yahh..sejak itu kami mulai sangat disibukkan oleh berkas seleksi. Tak dapat dipungkiri, jumlah pendaftar Etos tahun ini merangsek naik lebih dari seratus pendaftar dibandingkan tahun kemarin. Dipekan-pekan terakhir sebelum pendataran ditutup, asrama akhwat Pandega (di Jalan Kaliurang KM 5.6) bisa dibilang cukup ramai. Betapa tidak, tiap pagi sekitar pukul 08.00 WIB, bisa dipastikan Bapak Pos datang mengirimi kami berkas pendaftaran Etos, terkadang 4, 7, 9, bahkan pernah hingga 17 berkas sekali datang. Hingga tiba hari penutupan pendaftaran, pukul 21.00 WIB saya menerima sms dari nomor yang tidak saya kenal. Kurang lebih begini bunyinya.. " Assalamu'alaykum, Kakak, saya sekarang ada di masjid Nurul Islam (masjid dekat asrama akhwat Pandega), saya mau ngumpulin berkas Etos, apa masih bisa?" Aku yang saat itu masih berkutat dengan berkas di ruang tengah asrama, membalas pesan singkat itu "Wa'alaykumusalam, nggih de..bisa. mba kesitu sekarang." sesegera mungkin keluar menuju masjid. Benar saja, di sana ada seorang anak SMA, putri, menyambutku dengan senyum kelegaan. Berkas dengan segera berpindah tangan. Ade tersebut pamit, menyalamiku dan mengucapkan maaf karena terlambat mengumpulkan berkas dan datang disaat hari sudah larut. Kubalas dengan senyum dan ucapan tulus "ndak papa de,,. hati-hati di jalan.". Belakangan Ku ketahui bahwa Aku adalah orang ke-empat yang dia sms. Di siang hari dia sms pendamping asrama yang menjadi CP di poster pendaftaran. Karena belum ada respon maka ia sms ketua panitia Seleksi Etos yang juga menjadi CP di Surat Publikasi ke SMA-SMA. Dari ketua, yang memang posisinya sedang di luar kota, ia diberi CP koord. KSK yang harapannya dapat memberi arahan pengumpulan berkasnya, ternyata mba koord. KSK sedang tidak di asrama. Sampailah pesan singkat itu ke nomorku, yang memang dipastikan ada di asrama. yahh, semenjak me-non-aktifkan diri dari beberapa lembaga kampus, fokus konteribusiku bergeser sekian derajat ke kegiatan-kegiatan asrama. Semoga de, perjalananmu jauh-jauh Bantul-Jogja malam ini tidak sia-sia. Jika memang garis jalanmu adalah melalui Etos, tidak akan salah jatuh ke tangan yang lainnya.

Satu kisah pengumpulan berkas saja telah cukup mengusik ketenanganku. Tak tenang hati ini, mungkin mereka yang mengumpulkan berkas harus menabung berpekan-pekan hanya untuk biaya pengurusan syarat-syarat pendaftaran dan pengiriman berkas, mungkin mereka harus jauh-jauh berjalan dengan sepeda ke kantor pos mengirimkan berkas ke Jogja, dan itu nyata adanya. Banyak diantara etoser yang demikian, dan beberapa lebih merasakan lagi perjuangan pengumpulan berkas ke Jogja. Merekap berkas, input data, kelola rumus di excel, export-import data access-excel, susun berkas hardcopy dan memastikan semua berkas lengkap, membaca kisah pendaftar seleksi satu per satu untuk pengisian rekapan data, sms dan memastikan calon etoser mengirimkan berkas yang belum lengkap, meluangkan waktu-waktu istirahat malam hingga dini hari untuk merekap beberapa berkas dan mengolektif inputan berkas. Subhanalloh. Dan dengan seizin Allah kami (etoser Jogja 2009, 2010, 2011) mampu melewati semuanya, menyelesaikan seleksi berkas. Hingga nanti saatnya tiba, pengumuman dari pusat, siapa saja diantara 350an peserta seleksi berkas yang akan diloloskan menuju seleksi tulis dan wawancara.

Semakin banyak peserta seleksi Etos = semakin banyak calon mahasiswa yang merasa biaya kuliah sebagai beban yang tidak ringan.

Semakin banyak calon mahasiswa yang merasa biaya kuliah sebagai beban yang tidak ringan = harus ada upaya membuat kuliah menjadi "mungkin" dan biaya kuliah "bukan hambatan".

Bukan sama dengan "Etos adalah solusi" tapi "Etos adalah salah satu solusi". Banyak solusi lain yang dapat kita kenalkan ke ade-ade kita. dan tak tertutup kemungkinan ada solusi yang dapat kita munculkan. Keep fight, hidup terkadang tidak mudah, tapi tak jarang yang berbatu justru lebih punya makna.^^.

Kamis, 23 Februari 2012

Who Am I ???

Berniat, dan Mewujudkannya

Brakkkk… !!!
Dessshh…!!!
Jrekkkk…!!!

Kecelakaan beruntun tiga tahun yang lalu masih melekat jelas di benakku hingga kini. Tiga tahun bukan waktu yang singkat, namun bilangan waktu yang masih jauh dari cukup untuk menghapuskan kengerianku akan tragedi itu. Meninggalkan bekas luka mendalam dalam hati keluargaku. Bapa’ ku kecelakaan hari itu. Truk yang Bapa’ ku kendarai ditabrak teronton, lalu terdorong hingga menabrak bis besar dan sebuah mobil di depan bis itu. Truk yang Bapa’ ku bawa hanya 125PS, ditabrak teronton tentulah bagian belakang truk rusak, yahh..lumayan parah. Bagian depan truk pun mengalami kerusakan yang tidak ringan, bis besar itu tak seempuk semak-semak rumput gajah yang tak akan mengakibatkan bekas berarti tatkala sebuah truk menabraknya. Walhasil, truk yang dikendarai Bapa’ ku rusak parah depan-belakang. Lantas, Bapa’ ku? Berdarah pasti, luka ringan kata beliau sih, padahal ya ndak ringan juga. Kaki retak di pergelangan kaki dan lutut serta cedera di bagian tangan. Efeknya, Bapa’ ku beberapa bulan ndak dapat beraktifitas seperti biasa. Ndak kerja. Truk butuh biaya perbaikan berjuta-juta. Bak dan beberapa bagian harus diganti dan mendapat perhatian yang serius. Merambah ke wilayah hati, saya mengalami trauma tiap kali melihat kecelakaan kendaraan bermotor, hingga sekarang ketika saya telah duduk di bangku kuliah semester empat Jurusan Teknik Geodesi UGM.

            Kondisiku disekolah awalnya baik-baik saja, biasa…seperti siswa-siswi lainnya. Bayar tepat waktu, baju rapih, uang saku pun ada dua hingga tiga ribu diluar biaya ngebis. Pasca Bapa’ ku kecelakaan, uang sekolah nunggak, baju diseterika hanya jika kalau sempat disela-sela ngopeni adik perempuan saya yang masih balita, uang saku yang penting ada buat bayar bis. Huuuuffft… hampir putus asa, hampir memutuskan untuk berhenti sekolah saja. Hingga akhirnya, saya yang merupakan salah satu makhluk golongan sibuk di ROHIS, PRAMUKA dan PMR menjadi menarik bagi guru-guru yang notabene mengenal saya, selain di organisasi pun mereka mengenal saya sebagai salah satu siswa yang aktif di kelas. Terutama guru BK. Singkatnya, Guru BK memanggil saya setelah mendengar saya akan keluar sekolah, beberapa sahabat dekat saya yang menyampaikan pada beliau dan memintakan solusi. Dalam pertemuan singkat dengan beliau, saya terpaksa menceritakan semua yang saya alami hingga akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari sekolah. Yeeee…ndak jadi keluar sekolah, karena setelah di tela’ah nilai rapotku masuk kriteria untuk diajukan mendapatkan beasiswa. Sejak itu hingga selesai SMA beasiswa menjadi andalan bayar biaya sekolah, sementara orang tua masih harus bergelut dengan hutang sana-sini.

            Mendekati musim UAN kala itu, di tengah kesibukan les, pelajaran tambahan, masih sempat terbesit pikiran untuk kuliah. Memang sejak kecil saya sangat ingin kuliah, betapa tidak, Bapa’ dan Mama’ saya hanya lulusan SD. Kakek dan Nenek saya malah ndak sempat sekolah. Terlebih Buyut saya, tak mengenal apa itu namanya sekolah.

            Salah satu yang menjadi motivasi saya adalah perkataan Mama’ semenjak saya SD.
            “Pokokke, ko kudu sekolah sing duwur, aja kaya Bapa’ karo Mama’ kur SD tok, gampang dilombo wong (dalam bahasa Indonesia : Pokoknya, kamu harus sekolah yang tinggi, jangan seperti Bapa’ dan Mama’ yang Cuma SD saja, gampang ditipu orang)” Kata Mama’ dulu. Memang orang tua saya, beberapa kali sempat kena tipu, kurangnya pemahaman akan prosedur pembuatan perjanjian ‘hitam di atas putih’ mengakibatkan berjuta uang pindah tangan hingga tumpukkan hutang pun jatuh ke pangkuan keluargaku.

            Setelah kecelakaan itu, yang keluar dari mulut Mama’ tinggalah ucapan pesimis dan pasrah saja pada takdir yang beliau yakini tak akan berubah meski seberapa kuat pun usaha kami. Yahh, memang satu tahunan kami berusaha mati-matian ngirit sana-usaha sini, tapi malah hanya menambah nominal hutang keluarga.
           
            “Kuliah-kuliah, arep kuliah nganggo apa Lan, kuliah kiye butuh duwit akeh, dewek kiye ora duwe duwit, utange dewek kiye akeh. Mbok ya mikir sepetit, anakke wong ora duwe. Bisa lulus SMA ben wis sukur Lan…(dalam bahasa Indonesia : Kuliah-kuliah, mau kuliah pake apa Lan, kuliah itu butuh uang banyak, kita itu tidak punya uang, utang kita itu banyak. Mikir sedikit, anaknya orang nggak punya. Dapat lulus SMA saja sudah beruntung Lan)” itu yang kini keluar dari mulut beliau. Saya tahu, hati beliau pasti sangat sakit tak dapat mendukung keinginan anak pertamanya ini. Sengilu hati saya yang merasa menyesal memiliki cita-cita untuk kuliah, niat untuk kuliah, namun yang ada di depan mata ialah kenyataan bahwa saya dapat dipastikan ndak akan kuliah karena tidak ada biaya. Berkali-kali saya mendengar jawaban yang sama ketika saya kembali mengatakan ingin kuliah. Air mata pastilah ada, mewarnai hari-hari perjuangan menghadapi UAN dan menghadapi kenyataan bahwa saya ndak akan kuliah. Tapi niat saya tetap saya biarkan tumbuh semakin subur dalam hati saya, saya bertekad, saya harus kuliah.

            BK adalah tempat favorit siswa kelas 3 berkumpul. BK terletak di sebelah Mushola. Setelah sholat Dhuha, kebanyakan siswa-siswa kelas 3 menyempatkan diri untuk mampir ke BK sekedar up date info PTN, sisanya pulang ke kelas atau sekedar nongkrong di kantin dan area pepohonan yang rimbun di pojokan sekolah. Saya termasuk golongan yang rajin ke BK, karena yang saya pikirkan saat itu ialah siapa tahu ada kesempatan bagi saya masuk PTN tanpa uang yang terlalu banyak, bahkan jika mungkin tanpa uang sama sekali. Akhirnya saya mendapatkan informasi masuk UGM (Universitas Gadjah Mada) melalui program PBUTM (Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu). UGM merupakan Universitas yang sangat terkenal di kalangan siswa SMA, namun program PBUTM yang diusungnya merupakan sebuah kesempatan emas bagi saya masuk kuliah. PBUTM merupakan suatu program masuk UGM yang menjanjikan gratis biaya kuliah selama 4 tahun bagi siapa saja yang lolos seleksinya. Saya ingin masuk kuliah, jadi saya ndak boleh menyianyiakan peluang ini.

            Ternyata tak hanya saya, beberapa yang lainnya pun ingin masuk UGM melalui program ini. Tak jauh beda dengan saya, mereka pun memiliki kesulitan keuangan, dengan latar belakang berbeda-beda tentunya. Ya, adilnya adalah dengan seleksi, seleksi prestasi akademik dan sebagainya. Dua yang terbaik akan diijinkan mengajukan diri mengikuti seleksi program PBUTM, saya salah satu diantaranya. PBUTM memang program yang hanya menyediakan dua kursi seleksi bagi masing-masing sekolah, hanya dua, dalam nerkas PBUTM yang saya baca,’jika satu sekolah mengirimkan lebih dari dua orang peserta seleksi PBUTM maka sekolah tersebut secara otomatis akan gugur dari proses seleksi’. Saya beruntung menjadi salah satunya, karena hari-hari setelahnya pun saya masih belum ada uang, bahkan untuk sekedar membeli formulir pendaftaran ke PTN manapun yang pada waktu itu harganya pasti lebih dari Rp 150.000,00. Pendaftaran ke UGM melalui jalur PBUTM gratis, seleksi di lakukan dengan mengirimkan berkas persyaratan seperti fotokopi raport semester 1-5 yang telah di legalisir, surat keterangan tidak mapu, dan seperangkat berkas pendukungnya.

            Tanggal 13 Maret 2010, pengumuman seleksi masuk UGM jalur PBUTM. Sendirian, saya ke warnet depan sekolah, langsung saya buka, memasukkan pin pendaftaran, dan SELAMAT, LANI’AH diterima di Fakultas TEKNIK Jurusan Geodesi UGM (kurang lebih demikian). Saya bingung mau bagaimana, sujud syukur, lalu kembali ke sekolah menemui guru BK. Begitu tahu, beliau langsung memeluk saya, beliau menitikkan air mata, sungguh gembira karena salah satu siswa bimbingannya lolos masuk PTN, berkualitas, tanpa biaya pula.

            Sedikit cerita terkait PBUTM, saya tidak mendapat restu orang tua dalam mengikuti seleksi ini. Orang tua saya khawatir, ketika saya mengikuti seleksi ini dan memiliki harapan yang tinggi akan diterima dan masuk UGM, sedangkan nantinya saya tidak diterima maka saya akan stress, kecewa. Orang tua, selalu berusaha menjaga anaknya, berharap anaknya takkan terluka sedikit pun. Setelah diterima, saya pulang ke rumah, mengabarkan pada keluarha. Saya bilang ke Mama’, “Ma’, nyong ketrima neng UGM, nyong kuliah (dalam bahasa Indonesia : Ma’, saya diterima di UGM, saya kuliah)”. Tanpa saya perkirakan sebelumnya, beliau yang sedang menyapu halaman tetap melanjutkan menyapu sembari menjawab “lah nek wis ketrima tapi ora nana duwit nggo maring nganahe sih kepriwe. Ya pada baen ora bias kuliah mbok Lan. UGM mbok neng Jogja, adoh, akeh juga butuh duwite.(dalam bahasa Indonesia : kalau sudah keterima tapi ndak ada uang untuk kesananya terus bagaimana. Ya sama saja ndak bias kuliah kan Lan. UGM kan di Jogja, jauh, banyak juga butuh uangnya).

            Jlepp… hatiku hancur berkeping-keping. Semangat kuliahku, lagi-lagi bak tertiup kincir helicopter. Air mata kembali mengucur deras di pipiku, tak tertahan lagi, perih rasanya hati ini. Satu yang saya yakini, orang tua saya, seperti apapun yang mereka katakana, mereka tetap sepenuh hati mendukung saya kuliah, saya yakin itu. Dan benar saja, 2 bulan setelah itu, saya mendapat kabar bahwa ternyata mahasiswa baru UGM haruslah melakukan daftar ulang di gedung GSP (Graha Sabha Pramana), tepat seminggu pasca pengumuman. Saya melewatkannya. Saya panik, saya telepon pihak UGM, lantas saya diarahkan untuk langsung ke rektorat UGM. Saya langsung berangkat ke Jogja, tanpa tahu dimana itu Jogja, Bagaiman Jogja dan bagaimana saya dapat menemukan UGM serta menyusulkan daftar ulang saya yang telah terlewat. Orang tua saya ternyata ikut kalang kabut, meminjam uang dari tetangga untuk biaya saya kejogja, itulah mengapa saya katakana mereka sangat mendukung saya kuliah meski tak menunjukkannya. Telat Pra registrasi 2 bulan, bukan suatu hal yang sepele. 2 bulan bukan waktu yang singkat. Saya ingat, kala itu saya duduk di kursi dalam ruangan kecil di kantor rektorat UGM. Saya dimarahi, dianggap tidak serius mau mauk kuliah. Saya kembali menangis, mungkin memang karena saya cengeng, tapi hari itu seolah-olah kesempatan saya untuk kuliah telah berlari menjauh. Setelah diceramahi, diberikan nasihat, dan macam-macam sebagainya, saya disetujui untuk tetap menjadi mahasiswa baru UGM angkatan 2010. Padahal ketika itu status saya adalah mengundurkan diri, karena tidak melakukan pra registrasi sesuai prosedur yang berlaku. Sungguh beruntung. Disinilah, saya mengawali kenalan dengan UGM. Dalam moment yang tidak diharapkan oleh siapapun, terlebih siswa SMA yang masih belum mendapatkan ijazahnya.
            Urusan status sebagai mahasiswa baru UGM angkatan 2010, fix beres.
Semenjak pengumuman diterima di UGM, saya bingung bias kuliah di Jogja bagaimana. Bahkan sekedar untuk DP kost saja sepertinya keluarga say tak mampu. Saya bingung, hanya bisa pasrah, berdo’a dan tetap berikhtiar up date info di BK.
            Ada pengumuman beasiswa yang menjamin tempat tinggal berupa asrama, uang saku serta fasilitas berupa pembinaan. Ditambah dengan jaminan biaya kuliah setahun Full dan penggantian biaya masuk kuliah. Tak ada alas an untuk menyia-nyiakan beasiswa ini. Selanjutnya beasiswa ini saya kenal dengan BEASTUDI ETOS. Etos tersebar di berbagai wilayah pada sejumlan PTN di Indonesia. Yang terpenting, ada pula di Jogjakarta untuk mahasiswa UGM. Masih ada 3 hari sebelum deadline pengiriman berkas persyaratan pendaftaran ETOS. Di hari ke-3, semua persyaratan telah lengkap, namun hari itu sudah sore. Hampir saya mengurungkan niat untuk mengirimkannya, hingga seorang teman mengabarkan bahwa kantor pos pusat di Purwokerto masih buka. Jadilah saya mengirimkan berkas pendaftaran itu.

            Hari terus terlampaui dengan perasaan tak menentu.
            Pengumuman tiba, Seleksi berkas, saya LOLOS.
            Lanjut ke seleksi tulis dan wawancara, di adakan di Jogja. Saya bingung, ndak ada uang untuk kesana. Akhirnya orang tua kembali meminjam uang, kali ini ke saudara. Mama’ mengantarkan saya ke Jogja, adik saya dititipkan ditempat saudara. Dua hari di Jogja, Seleksi tulis dan wawancara terlewati dengan tidak terlalu buruk. Yah..paling tidak semoga ada harapan. Dan benar saja, Alhamdulillah saya LOLOS tes tulis dan wawancara. Hingga yang terakhir adalah home visit. Belum ada pengumuman setelah home visit itu. Hari semakin dekat dengan awal masuk kuliah, dimulai dengan PPSMB (Proses Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru) di kampus Teknik. Mendekati ujung hari keberangkatan, dan masih belum ada uang, saya dipanggil pihak sekolahan. Ternyata saya mendapatkan bantuan untuk awal kuliah sebesar Rp 1.000.000,00. Tak terhitung rasa terimakasih saya kepada sekolahan itu. Sungguh, terimakasih. Dengan uang itu saya dapat menyewa kos yang sebulannya Rp 150.000,00. Memang rada sempit, tapi tak mengapa, masih terasa besar bagi badan saya yang tidak terlampau besar ini. Dua minggu saya tinggal di kos itu, hingga akhirnya Etos mengeluarkan pengumuman Final. Dan saya LOLOS seleksi BEASTUDI ETOS, selanjutnya disebut dengan Etoser Jogja. Saya menandatangani akad dan langsung pindahan ke asrama, pertama kali membuka gerbang pembaruan. Gerbang yang menghubungkan dengan kawah Candradimuka selama 3 tahun kedepan. Etos, menyelamatkanku. Terimakasih, para penderma, para pemberi zakat. Saya salah satu penerima manfaat dana zakat dari seluruh penjuru negeri, sejak hari penandatanganan akad itu, saya telah memutuskan bahwa suatu saat saya harus menjadi pemberi manfaat terhadap ummat. Suatu saat nanti, pasti.
                                                                                                    Oleh Lani’ah
                                                                                                (Etoser Jogja 2010)

Selasa, 21 Februari 2012

Pelepasan Wisuda Jurusan Teknik Geodesi, periode Februari 2012

Beruntung, di KMTG (Keluarga Mahasiswa Teknik Geodesi) saya masuk suatu departement yang sungguh spesial. Yaaa, paling tidak spesial dalam hatiku...hehe^^.

HMKM (Hubungan Mahasiswa untuk Kesejahteraan Masyarakat), itulah departement yang saya maksudkan di atas. Departement dengan proker yang seabreg, tapi sungguh semuanya asyik. Mulai dari kegiatan bakti sosial di panti cacat ganda, hingga kegiatan pelepasan wisuda yang diadakan empat kali dalam satu periode kepengurusan. Nah, PW (Pelepasan Wisuda) merupakan garapan anak-anak HMKM yang mau tidak mau harus dijalankan.

PW pertama peride kepengurusan dengan kadept mz Sang Putu Indra, alhamdulillah lancar...katanya sih, hehe *sie. acara yang sakit pada hari-H.

PW kedua, yaaahh...sukses lah... PW yang ketiga pun demikian. alhamdulillah.

Hari ini, PW ke empat, merupakan PW terakhir sebelum angkatan 2009 suksesi...
Satu hal yang kusadari hari ini, kadept HMKM, yah walopun begitu (tampilan gak karuan, kadang-kadang panikkan, datang rapat ndak pernah on time) ternyata keren juga.. Beliau barusan mengalami cidera, di bagian tulang punggung kayaknya. Kabarnya sih kemarin setelah bantu-bantu dekor ruang, beliau masuk rumah sakit. Harus terapi katanya. Tapi beliau ndak ngomong apapun ke kami, yah, masih sempat bantu angkat-angkat kursi kemarin. Begitu dengar beliau drop, terbayang saya turut berandil di dalamnya. Kemarin, saya lah yang memintanya dan beberapa teman-teman bantu-bantu mempersiapkan ruangan. *maklum, perkap amatiran. Dannn...... surpriseeee... beliau datang di saat acara hampir dimulai. Keren. Yah, walopun dalam keadaan ndak bisa mbungkuk, tulang punggung harus lurus...demikianlah.

Kisah memilukan, pertama kali saya jumpai langsung. Salah satu calon wisudawan, mas Okto Riwanda, yang seyogyanya akan diwisuda hari ini (Selasa, 21 Februari 2012) telah berpulang ke rahmatullah pada 13 Februari 2012 lalu. Delapan hari sebelum di wisuda, sungguh betapa sedih hati ibundanya, begitu terasa kehilanggan di hati kawan-kawannya. Semoga yang terbaik bagi beliau, diterima di sisi Allah dan ditempatkan di Surga-Nya.aamiin.

Hikmah lain dari PW kali ini ialah "hati, ternyata memang akan tumpul ketika kita tidak rajin-rajin mengasahnya". Jika hati kita tumpul, bagaimana mungkin akan peka. Jika tidak peka, bagaimana mungkin akan peduli. So, jaga hati, peka itu sangat penting loh Bro, Sista... Dengan peka dan peduli terhadap sesama, kita semakin mempersempit ruang egois hati kita dan meminimalisir men-dholimi orang lain yang akan berakibat pada terlukanya hati sadara kita. Pintar-pintar dalam menjaga hati, adalah kunci utama kepekaan dan kepedulian. ^^ .

Rabu, 15 Februari 2012

Up Grading ETOS Jogja 2012

Salah satu event rutin Beastudi Etos Jogja adalah Up Grading. Up Grading dilaksanakan sekali dalam tiap tahunnya. Digelar pada moment libur UAS. Bersifat WAJIB bagi seluruh mahasiswa UGM yang menjadi penerima manfaat dana zakat melalui Beastudi Etos Jogja. Kegiatan Up Grading merupakan satu-satunya kegiatan yang konsep acaranya dirahasiakan oleh panitia, bahkan tempat kegiatan pun akan diberitahukan kepada peserta pada saat pemberangkatan. Panitia kegiatan ini adalah management Beastudi Etos Jogja (Pendamping asrama) serta alumni termuda Beastudi Etos Jogja.

Tahun 2012 ini, Up Grading diselenggarakan pada 13-15 Februari 2012 di Dusun Ngagrong & Malang, Lereng bukit Merbabu. Sungguh merupakan suatu pengalaman yang sangat berkesan, namun setajam-tajamnya ingatan tentu akan menalami 'lupa' pula. Sebelum vir us 'lupa' terditeksi dalam saluran memory otak, lebih baik saya tuliskan saja semua hal yang menarik dan dapat diambil ibrohnya oleh para pembaca .^^.

***13 Februari 2012 (Hari Pertama)
Keberangkatan
Beraktifitas sejak pagi buta, memang kebiasaan anak Etos Jogja. Subuh merupakan ajang kumpul paling efektif, semua warga asrama berkumpul untuk sholat subuh berjama'ah dan dilanjutkan dengan muroja'ah jus 30 serta al-ma'tsurat bersama pula. Setelah semua kegiatan rutin asrama, kini saatnya kembali berkutat dengan kegiatan masing-masing. Namun kali ini 3 asrama Etos Jogja (asrama akhwat Pandega, asrama akhwat Monjali, asrama ikhwan Cokrokusuman) heboh. Beberapa etoser (sebutan untuk penerima beastudi Etos) ikhwan sibuk mengantri mandi, warga asrama akhwat Pandega beberapa tengah khusyuk mempersiapkam mi untuk sarapan (sungguh tidak sehat ya..), dan di asrama akhwat Monjali tengah ribut mengumpulkan barang ini dan barang itu yang akan dibawa ke tempat Up Grading. Kami, etoser Jogja tidak tahu dimana dan bagaimana kegiatan Up Grading akan berlangsung, namun kami senatiasa berusaha tsikoh (menurut saja) terhadap instruksi panitia yang mewajibkan kami berkumpul di Terminal Jombor jam 06.00 WIB tanpa terlambat sedikit pun. Dari terminal Jombor, kami diberi arahan menuju area Up Grading, ternyata finish perjalanan keberangkatan kami adalah di Lereng Merbabu, yakni untuk yang akhwat selama 3 hari akan tinggal di rumah-rumah penduduk dusun Ngagrong dan yang ikhwan ada di dusun Malang (jarak Ngagrong-malang kira-kira 2 KM). Tak mudah pula perjalanan yang kami tempuh hingga dapat menginjakan kaki ketempat itu. Dengan uang Rp 150.000,00 per kelompok (masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang) kami gunakan untuk modal berangkat dan modal hidup hingga hari terakhir nanti. Kami menyewa 2 mikro (1 untuk akhwat dan satunya lagi untuk ikhwan). Setelah mikro sampai daerah yang paling atas yang dapat dilewati, kami turun dam melanjutkan perjalanan. Butuh sekitar 2 jam jalan kaki hingga sampai ke dusun akhwat, untuk ikhwan lebih dari itu. Sejenak istirahat, mengirup udara pedesaan yang sejuk (bahkan dingin), menikmati kabut dan gemericik air pipa-pipa pralon yang mengalirkan air dari sumber mata air pegunungan. Sisa waktu hari itu diisi dengan membersamai ade-ade dusun TPA, silaturrohim ke rumah-rumah warga, menyusun program bakti masyarakat yang akan dilaksanakan esok harinya. Ada pula forum bersama seluruh etoser akhwat, guna mempersiapkan acara esok hari dengan lebih matang lagi. Untuk ikhwan, ada pula yang demikian, namun terpisah dari forum akhwat.


***14 Februari 2012 (Hari kedua)
Bakti Masyarakat.
Semua kegiatan pada hari ini diharapkan dapat menjadi amalan-amalan bernilai kebaikan yang dapat memberikan manfaat terhadap warga dusun. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :
# Membantu warga dusun 'matun' (membersihkan rumput-rumput liar yang dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan tanaman pada lahan Loncang dan Sawi.
# Memasak KimCake (KimCake = Roti Kimpul, Kimpul merupakan sejenis ubi yang mudah ditemukan di daerah pegunungan.
# Membuat kering Muntul (Seperti kering kentang, hanya saja kentangnya digantikan oleh Muntul / ubi jalar yang kulitnya berwarna merah)
# FAS (Festifal Anak Sholeh)
# Bersih-bersih Mushola dusun Ngagrong
# Gerakan sehat (potong kuku, cuci tangan dengan 7 gerakan sederhana)
# Penyuluhan untuk Ibu-ibu disertai demo masak
# Membantu warga memanen wortel.
# dll... .

***15 Februari 2012 (Hari terakhir)
Outbond
Malam ini kami (etoser akhwat yang semuanya terbagi dalam 4 kelompok, menempati 4 rumah warga) dijadikan satu, bermalam di rumah paling ujung dusun tersebut. Jam setengah  2 pagi kami dibangunkan. Layaknya jurit malam dalam kegiatan pramuka kala SMA, kami dibawa entah kemana (dalam keadaan mata tertutup) yang akhirnya kami ketaui bahwa itu hanya di pingiran dusun. Kami menemui beberapa pos, yang menajamkan pemikiran dan hati kami terkait visi&misi hidup, evaluasi diri dan orang lain dalam satu kelompok, hingga cek amanah penugasan dengan gaya 'khas' panitia. Jurit malam diakhiri dengan Tahajud, Tilawah hingga sholat subuh,al-matsurat, kultum dan akhirnya mulai persiapan outbond. Outbon yang sangat menantang. Rutenya beberapa bukit di lereng Merbabu, medan yang sangat menantang dan menguji ketahanan fisik tentunya. 3 pos terlewati dengan berbagai hal menarik yang melatih diri untuk peka terhadap saudara, bagus dalam kerja sama kelompok, bertaggung jawab terhadap amanah, berani ambil resiko, berpikir dan cepat bertindak dll. Pos terakhir paling membekas dalam hati. Dalam keadaan mata tertutup kami jalan jongkok, merayap, merangkak, saling berurutan satu sama lain antara semuan anggota kelompok dengan mas'ul kelompok sebagai pengarahnya. Semua hal yang kami lakukan tadi, tak lebih mengantarkan kami pada lubang tawanan. kami harus keluar dari lubang segilima yang dibatasi oleh tali rafia setinggi hampir 1,5 M tanpa menyentuhnya dan tanpa bantuan alat apapun. Jadilah kami saling angkat, berusaha mengeluarkan satu persatu anggota kelompok mulai dari yang paling ringan untuk dipindahkan ke luar lubang. Namun naas, dari 20 etoser akhwat yang mengikuti outbond dan masuk ke pos 4, hanya setengahnya yang dapat lolos, sisanya menjadi tawanan. mm...saatnya menyelamatkan yang lain, syaratnya semua akhwat yang selamat harus dapat menhambil sebuah gulungan surat yang digantungkan di pohon dengan ketinggian hampir 4 meter, hanya dengan cara membentuk minetower. Dengan badan kami, kami mencoba sekuat tenaga. Yang berbadan besar menjadi dasar tower, mengerucut hingga ke atas. Satu, Dua, Tiga kali dan...ahhhh masih tetp saja gagal. Yah, kami gagal menyelamatkan saudara-saudara kami yang di tawan. Panitia mempermainkan emosi kmai. Tawanan diikat tangannya menggunakan tali pramuka, semakin lama kami dalam mendapatkan gulungan itu, maka semakin berat penderitaan mereka dan semakin menyakitkan telinga teriakan dari panitia saat itu. Bantuan datang, kami brhasil mengambil gulungan itu, namun ternyata itu adalah awal perang dengan panitia. Peserta dan panitia harus mencari bendera Beastudi Etos Jogja dalam area tertentu di puncak bukit itu. Bendera adalah lambang kemenangan, jika peserta berhasil mendapatkannya maka semua tawanan bebas, namun jika panitia yang mendapatkannya maka semua peserta akan menjadi tawanan. Braaakkk,,, Gedebug... beberapa sempat jatuh ketika mencari bendera tersebut, hingga akhirnya peserta lebih dulu menemukan benderanya.YES...kami menang. Semua tawanan bebas. Lecet-lecet yang sebagian dari kami derita, pemanis dari semua kemenangan ini. Air mata sempat menitik dari beberapa peserta, saat itu, sontak kami mengumandangkan yel penyemangat Etos Jogja. Baru saja, kadar persaudaraan kami diuji. Dan kali ini, kami lolos ujian tersebut...^^kualitas persaudaraan kami antar etoser, kian menanjak pada kurva keeratan ikatan cinta dalam balutan islam...